sejarah maulid nabi muhammad saw
sejarah maulid nabi muhammad saw

Asal Usul dan Sejarah Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Diposting pada

Maulid Nabi Muhammad SAW adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia.

Peringatan ini biasanya dilakukan pada tanggal 12 Rabiul Awal, bulan ketiga dalam kalender Hijriyah.

Namun, bagaimana sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW? Kapan dan siapa yang pertama kali memperingatinya? Bagaimana perkembangannya di Indonesia?

Artikel ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mengulas sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW secara lengkap.

Latar Belakang Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW lahir di kota Mekkah pada tahun 570 Masehi atau tahun Gajah.

Ia adalah putra dari Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab, yang berasal dari suku Quraisy, suku terhormat di Mekkah.

Ayahnya meninggal sebelum ia lahir, sedangkan ibunya meninggal ketika ia berusia enam tahun.

Ia kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, dan pamannya, Abu Thalib.

Nabi Muhammad SAW tumbuh menjadi seorang pemuda yang jujur, amanah, dan berakhlak mulia.

Ia dikenal dengan julukan al-Amin (yang dapat dipercaya) dan as-Sadiq (yang benar).

Ia juga memiliki jiwa sosial yang tinggi dan peduli terhadap nasib kaum lemah.

Ia bekerja sebagai pedagang dan menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya yang menjadi majikannya.

Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi dan rasul pada usia 40 tahun. Peristiwa diangkatnya Nabi Muhammad SAW menjadi rasul terjadi tepat pada 17 Ramadhan tahun 611 M.

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu untuk pertama kalinya melalui malaikat Jibril di Gua Hira.

Rasulullah pun mulai melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun.

Awal Mula Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Asal Usul dan Sejarah Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
sejarah maulid nabi muhammad saw

Sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW diperkirakan sudah berlangsung sejak abad ke-10 Masehi atau abad ke-4 Hijriyah.

Ada beberapa teori mengenai asal-usul peringatan ini, antara lain:

1. Kalangan Dinasti Fatimiyah

Sebuah kerajaan yang berhaluan Syiah Ismailiyah (Rafidhah) yang berkuasa di Mesir dan sebagian Timur Tengah pada tahun 362-567 H atau 952-1171 M.

Menurut teori ini, orang pertama yang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah Raja al-Muiz Li Dinillah, seorang keturunan langsung Nabi Muhammad SAW dari garis keturunan Fatimah.

Ia merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW bersama dengan Maulid Ali, Hasan, Husain, dan Fatimah, sebagai bentuk penghormatan dan legitimasi politik¹.

2. kalangan Ahlus Sunnah

Gubernur Irbil di wilayah Irak, Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri. Ia adalah seorang penguasa yang saleh, dermawan, dan mencintai Nabi Muhammad SAW.

Ia merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW secara meriah dengan mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu, dan seluruh rakyatnya. Ia juga memberikan hidangan, hadiah, dan sedekah kepada fakir miskin².

3. Kalangan pejuang Islam

yaitu Sultan Shalahuddin Al Ayyubi atau Muhammad Al Fatih. Mereka merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu cara untuk meningkatkan semangat jihad dan cinta kepada Nabi Muhammad SAW, dalam rangka menghadapi perang salib melawan kaum salibis dari Eropa dan merebut Yerusalem.

Perkembangan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia

Di Indonesia, sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW berkembang sejak masa Wali Songo atau sekitar abad ke-15 Masehi.

Wali Songo adalah sembilan orang ulama yang menyebarkan Islam di tanah Jawa dengan cara yang bijak dan santun.

Mereka menggunakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu media untuk menarik hati masyarakat memeluk agama Islam.

Mereka juga mengajarkan tentang akhlak dan teladan Nabi Muhammad SAW melalui cerita-cerita, syair-syair, dan lagu-lagu⁴.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia memiliki berbagai tradisi dan kekhasan, tergantung dari daerah dan budaya masing-masing.

Beberapa contoh tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia adalah:

1. Gerebeg Maulud

Yaitu upacara kirab nasi gunungan yang dilakukan di kraton-kraton Jawa, seperti Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.

Nasi gunungan adalah nasi yang dibentuk menyerupai gunung dan dihiasi dengan berbagai macam lauk-pauk, sayur-mayur, dan buah-buahan.

Nasi gunungan ini melambangkan rasa syukur dan kesejahteraan rakyat. Nasi gunungan ini dibawa oleh para abdi dalem dan diarak dari kraton menuju masjid agung.

Setelah sampai di masjid, nasi gunungan ini dibagikan kepada masyarakat.

2. Sekaten

Perayaan yang berlangsung selama tujuh hari di Yogyakarta dan Surakarta. Perayaan ini dimulai dari tanggal 5 Rabiul Awal hingga 12 Rabiul Awal.

Perayaan ini meliputi berbagai kegiatan, seperti pameran dagang, hiburan rakyat, pertunjukan kesenian, dan doa bersama.

Salah satu ciri khas perayaan ini adalah adanya gamelan sekaten, yaitu gamelan khusus yang hanya dimainkan pada saat perayaan ini.

Gamelan sekaten ini dimainkan sepanjang malam di halaman masjid agung. Gamelan sekaten ini memiliki suara yang keras dan merdu, yang bertujuan untuk mengundang masyarakat untuk mendengarkan cerita tentang Nabi Muhammad SAW.

3. Tabot

Perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Bengkulu. Perayaan ini berlangsung selama sepuluh hari, mulai dari tanggal 1 Muharram hingga 10 Muharram.

Perayaan ini meliputi berbagai kegiatan, seperti pembuatan tabot, arak-arakan tabot, dan pembakaran tabot.

Tabot adalah replika makam Nabi Muhammad SAW yang dibuat dari kayu, bambu, dan kertas. Tabot ini melambangkan rasa cinta dan hormat kepada Nabi Muhammad SAW.

Tabot ini dibawa oleh para pemuda dan diarak keliling kota. Tabot ini kemudian dibakar di pantai sebagai simbol penghormatan terakhir.

Kesimpulan

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah salah satu bentuk penghormatan dan cinta umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW.

Peringatan ini memiliki sejarah yang panjang dan beragam, tergantung dari latar belakang dan budaya masing-masing.

Peringatan ini juga memiliki makna yang mendalam, yaitu untuk mengingat dan meneladani akhlak dan teladan Nabi Muhammad SAW.

Peringatan ini juga menjadi sarana untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan kesejahteraan umat.