Nabi Yahya AS adalah salah satu nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada kaum Bani Israil.
Beliau adalah putra dari Nabi Zakaria AS, yang lahir dari doa dan keajaiban Allah SWT.
Nabi Yahya AS memiliki banyak keistimewaan dan keteladanan yang bisa kita ambil hikmahnya.
Dalam artikel ini, kami akan membahas kisah, mukjizat, dan teladan dari Nabi Yahya AS.
Lahirnya Nabi Yahya AS
Nabi Yahya AS lahir dari doa dan keajaiban Allah SWT. Ayahnya, Nabi Zakaria AS, adalah seorang nabi dan rasul yang sudah lanjut usia dan belum memiliki keturunan.
Ia merasa khawatir jika tidak ada yang meneruskan dakwahnya di tengah-tengah kaum Bani Israil yang sudah banyak menyimpang dari ajaran Allah SWT.
Ia juga merindukan memiliki seorang anak yang bisa menjadi penyejuk hatinya.
Maka, Nabi Zakaria AS pun memohon kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Ia berdoa:
“Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (QS. Ali Imran: 38)
Allah SWT pun mengabulkan doanya dan memberinya kabar gembira melalui malaikat Jibril AS. Allah SWT berfirman:
“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.” (QS. Maryam: 7)
Nabi Zakaria AS pun merasa heran dan bertanya bagaimana hal itu bisa terjadi, padahal ia sudah tua dan istrinya mandul. Allah SWT menjawab:
“Demikianlah (perintah) Allah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Ali Imran: 40)
Maka, dengan izin dan kuasa Allah SWT, istrinya yang bernama Isya pun mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Yahya.
Nama ini adalah pemberian Allah SWT yang berarti “yang hidup” atau “yang diberi kehidupan”.
Nama ini juga menunjukkan bahwa Nabi Yahya AS lahir dari keajaiban Allah SWT yang memberikan kehidupan kepada sesuatu yang tidak mungkin hidup.
Cerdas di Usia Belia dan Hafal Taurat
Nabi Yahya AS adalah seorang anak yang cerdas dan berakhlak mulia.
Allah SWT memberinya hikmah, rahmat, dan kesucian sejak ia masih kecil. Allah SWT berfirman:
“Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak, dan (Kami jadikan) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dan dia pun seorang yang bertakwa.” (QS. Maryam: 12-13)
Nabi Yahya AS pun mempelajari, menghafal, dan mengamalkan isi Kitab Taurat yang merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Musa AS.
Ia juga mengajarkan isi Kitab Taurat kepada kaum Bani Israil yang sudah banyak melupakan dan menyimpang dari ajarannya.
Ia mengingatkan mereka untuk kembali kepada Allah SWT dan taat kepada syariat-Nya.
Nabi Yahya AS juga dikenal sebagai seorang yang sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, Nabi Zakaria AS dan Isya.
Ia selalu menghormati, menyayangi, dan menuruti perintah mereka. Ia juga tidak pernah sombong atau durhaka kepada siapa pun.
Ia adalah seorang yang rendah hati, lembut, dan penyantun. Allah SWT berfirman:
“dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka.” (QS. Maryam: 14)
Berdakwah dengan Tegas dan Berani
Nabi Yahya AS adalah seorang nabi yang berdakwah dengan tegas dan berani.
Ia tidak takut menghadapi tantangan, cobaan, atau ancaman dari siapa pun.
Ia selalu menyampaikan kebenaran dan keadilan, meskipun harus mengorbankan nyawanya.
Ia juga tidak pernah kompromi dengan kebatilan atau kemaksiatan. Ia adalah seorang yang istiqamah, sabar, dan zuhud.
Nabi Yahya AS berdakwah di tengah-tengah kaum Bani Israil yang sudah banyak terjerumus dalam kesesatan dan kezaliman.
Ia mengajak mereka untuk bertobat, bertaubat, dan beriman kepada Allah SWT.
Ia juga mengajak mereka untuk menjalankan ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
Ia juga mengajak mereka untuk menjauhi dosa, seperti syirik, zina, riba, dan membunuh.
Salah satu contoh ketegasan dan keberanian Nabi Yahya AS dalam berdakwah adalah ketika ia menentang Raja Herodes, yang merupakan raja boneka Romawi yang berkuasa di Palestina.
Raja Herodes adalah seorang yang zalim, korup, dan suka berfoya-foya.
Ia juga melakukan perbuatan tercela, yaitu menikahi Herodias, istri saudaranya sendiri, yang masih memiliki suami yang hidup.
Nabi Yahya AS pun mengecam perbuatan Raja Herodes dan Herodias dengan keras.
Ia mengatakan bahwa pernikahan mereka adalah haram dan dosa besar. Ia juga mengingatkan mereka akan azab Allah SWT yang akan menimpa mereka jika tidak bertaubat.
Nabi Yahya AS tidak takut menghadapi kemarahan Raja Herodes, meskipun ia tahu bahwa Raja Herodes memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar.
Dibunuh karena Dakwahnya
Nabi Yahya AS adalah seorang nabi yang dibunuh karena dakwahnya. Ia menjadi korban kekejaman Raja Herodes dan Herodias, yang tidak suka dengan keberaniannya dalam menyuarakan kebenaran.
Ia juga menjadi korban kejahatan Salome, putri Herodias dari suami pertamanya, yang dimanfaatkan oleh ibunya untuk membalas dendam kepada Nabi Yahya AS.
Kisah pembunuhan Nabi Yahya AS terjadi pada saat Raja Herodes mengadakan pesta ulang tahunnya.
Dalam pesta tersebut, Salome menari dengan indah dan memikat hati Raja Herodes.
Raja Herodes pun terpesona dan bersumpah untuk memberikan apa pun yang diminta oleh Salome, bahkan setengah dari kerajaannya.
Salome pun berkonsultasi dengan ibunya, Herodias, tentang apa yang harus ia minta.
Herodias, yang membenci Nabi Yahya AS karena mengecam pernikahannya dengan Raja Herodes, pun memanfaatkan kesempatan ini untuk membalas dendam.
Ia menyuruh Salome untuk meminta kepala Nabi Yahya AS sebagai hadiahnya. Salome pun kembali ke Raja Herodes dan mengatakan:
“Berikanlah kepadaku, di atas sebuah nampan, kepala Yahya, sang pembaptis.” (Matius 14:8)
Raja Herodes pun merasa sedih dan menyesal, karena ia tahu bahwa Nabi Yahya AS adalah seorang yang saleh dan benar.
Namun, karena ia sudah bersumpah dan tidak mau tampak lemah di depan tamu-tamunya, ia pun memerintahkan seorang algojo untuk memenggal kepala Nabi Yahya AS yang saat itu dipenjara.
Algojo pun membawa kepala Nabi Yahya AS di atas sebuah nampan dan memberikannya kepada Salome. Salome pun memberikannya kepada ibunya, Herodias.
Dengan demikian, berakhirlah riwayat Nabi Yahya AS sebagai seorang nabi yang syahid karena dakwahnya.
Ia meninggal di usia muda, sekitar 30 tahun, dengan penuh kehormatan dan kemuliaan.
Ia meninggal di usia muda, sekitar 30 tahun, dengan penuh kehormatan dan kemuliaan.
Ia meninggalkan warisan berupa kisah, mukjizat, dan teladan yang bisa kita jadikan sebagai sumber inspirasi dan motivasi.
Kesimpulan
Nabi Yahya AS adalah salah satu nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada kaum Bani Israil.
Ia adalah putra dari Nabi Zakaria AS, yang lahir dari doa dan keajaiban Allah SWT.
Ia memiliki banyak keistimewaan dan keteladanan, seperti cerdas di usia belia, hafal Taurat, berbakti kepada orang tua, berdakwah dengan tegas dan berani, dan syahid karena dakwahnya.
Ia adalah seorang nabi yang patut kita teladani dan hormati.