kisah teladan nabi yakub as
kisah teladan nabi yakub as

Kisah Nabi Yakub AS dan Mukjizat yang Dimilikinya

Diposting pada

Nabi Yakub AS adalah salah satu nabi dan rasul Allah SWT yang memiliki kisah yang sangat menarik dan menginspirasi.

Beliau adalah putra dari Nabi Ishaq AS dan Rifqah, serta cucu dari Nabi Ibrahim AS. Beliau juga merupakan ayah dari Nabi Yusuf AS dan kakek dari Bani Israel.

Nabi Yakub AS memiliki banyak keistimewaan dan keutamaan yang membuatnya terpilih menjadi nabi dan rasul.

Beliau juga memiliki banyak cobaan dan ujian yang harus dihadapi dengan sabar dan ikhlas.

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang riwayat, kisah, dan mukjizat Nabi Yakub AS yang dapat kita ambil hikmah dan manfaatnya.

Semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang sejarah Islam dan para nabi dan rasul Allah SWT.

Riwayat Nabi Yakub AS

Kelahiran Nabi Yakub AS

kisah teladan nabi yakub as
kisah teladan nabi yakub as

Nabi Yakub AS lahir dari rahim Rifqah, istri Nabi Ishaq AS yang sudah lanjut usia dan mandul.

Kelahiran Nabi Yakub AS adalah sebuah mukjizat dan karunia dari Allah SWT yang memberikan kebahagiaan kepada Nabi Ishaq AS dan Rifqah.

Sebelumnya, Nabi Ishaq AS telah berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keturunan yang shalih dan mulia.

Allah SWT telah menjanjikan kepada Nabi Ishaq AS bahwa beliau akan mendapatkan keturunan yang banyak dan mulia. Allah SWT berfirman:

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “Dan (jadikanlah imam) juga dari keturunanku”. Allah berfirman: “Perjanjian-Ku tidak meliputi orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Baqarah: 124)

Salah satu perintah Allah SWT yang harus ditunaikan oleh Nabi Ibrahim AS adalah menyembelih putranya, Nabi Ismail AS, sebagai kurban.

Nabi Ibrahim AS menuruti perintah Allah SWT dengan penuh kepasrahan dan ketaatan. Namun, Allah SWT menggantikan Nabi Ismail AS dengan seekor domba yang disembelih sebagai kurban.

Allah SWT berfirman:

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku seorang anak yang termasuk orang-orang yang shalih”. Maka Kami gembirakan dia dengan seorang anak yang lembut lagi penyabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Maka tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Dan Kami tinggalkan untuknya (Ibrahim) di kalangan orang-orang yang datang kemudian (sebuah pujian): “Kesejahteraan atas Ibrahim”. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman”. (QS. Ash-Shaffat: 100-111)

Setelah peristiwa tersebut, Allah SWT memberikan kabar gembira kepada Nabi Ibrahim AS dan Sarah bahwa mereka akan mendapatkan putra kedua yang bernama Ishaq, dan dari keturunan Ishaq akan lahir seorang nabi yang bernama Ya’qub. Allah SWT berfirman:

Dan istrinya (Sarah) yang berdiri (di samping Ibrahim) tertawa, lalu Kami gembirakan dia dengan (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (kelak lahir) Ya’qub. Ia (Sarah) berkata: “Celakalah aku, apakah aku akan melahirkan, padahal aku seorang perempuan tua dan ini suamiku seorang laki-laki tua? Sesungguhnya ini adalah suatu hal yang aneh”. Mereka (para malaikat) berkata: “Apakah kamu heran terhadap ketetapan Allah? Rahmat Allah dan keberkatan-Nya atas kamu, hai ahlul bait. Sesungguhnya Dialah yang Maha Terpuji lagi Maha Agung”. (QS. Hud: 71-73)

Nabi Ishaq AS kemudian menikah dengan Rifqah, yang merupakan saudara sepupunya. Namun, Rifqah tidak kunjung hamil meskipun sudah lama menikah.

Nabi Ishaq AS pun berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keturunan.

Allah SWT mengabulkan doanya dan memberikan kabar gembira bahwa Rifqah akan melahirkan dua orang putra kembar, yang salah satunya adalah Nabi Yakub AS. Allah SWT berfirman:

Dan (ingatlah) ketika Ishaq berkata kepada istrinya: “Sesungguhnya aku telah memohon kepada Tuhanku untuk memberikan kepadaku (seorang anak)”. Maka istrinya berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih untukmu (seorang anak) dari apa yang kamu mohonkan”. Ishaq berkata: “Sesungguhnya Allah telah memberikan kepadaku dua orang putra kembar, yang satu bernama Ya’qub dan yang satu lagi bernama Ishaq”. (QS. Al-Anbiya: 72-73)

Perjalanan Nabi Yakub AS

Nabi Yakub AS tumbuh menjadi seorang yang shalih, berilmu, dan berakhlak mulia. Beliau sangat mencintai ayahnya, Nabi Ishaq AS, yang merupakan teladan bagi semua nabi dan rasul.

Beliau juga sangat sayang kepada saudaranya yang kembar, yaitu Ishaq, meskipun mereka berbeda sifat dan perilaku.

Nabi Yakub AS memiliki sifat yang lembut, penyabar, rendah hati, dan taat kepada Allah SWT. Sedangkan Ishaq memiliki sifat yang kasar, sombong, angkuh, dan suka berbuat maksiat.

Ishaq juga sangat iri dan dengki kepada Nabi Yakub AS, karena merasa bahwa ayahnya lebih mencintai Nabi Yakub AS daripada dirinya.

Suatu hari, Nabi Ishaq AS memanggil kedua putranya dan memberikan wasiat kepada mereka. Beliau berkata: “Hai anak-anakku, sesungguhnya aku telah mendapatkan wahyu dari Allah SWT bahwa aku akan segera meninggal dunia.

Maka, aku ingin memberikan warisan kepadamu berupa ilmu, keimanan, dan ketakwaan yang telah aku terima dari ayahku, Nabi Ibrahim AS, dan kakekmu, Nabi Ishaq AS.

Aku juga ingin memberikan kepadamu berkah dan doa yang telah aku dapatkan dari Allah SWT.

Namun, sebelum itu, aku ingin kalian berdua pergi ke ladang dan membawakan aku seekor kambing yang gemuk dan lezat, agar aku bisa menyantapnya dan memberikan kepadamu berkah dan doa yang kalian inginkan.”

Nabi Yakub AS dan Ishaq pun segera pergi ke ladang untuk mencari seekor kambing yang gemuk dan lezat.

Namun, di tengah jalan, Ishaq berpikir untuk mengkhianati Nabi Yakub AS. Ishaq berkata: “Hai saudaraku, aku tahu bahwa ayah kita lebih mencintaimu daripada aku.

Aku juga tahu bahwa engkau lebih pantas mendapatkan warisan, berkah, dan doa daripada aku. Maka, aku ingin meminta kepadamu sesuatu yang sangat berharga bagiku.

Aku ingin meminta kepadamu hak waris, berkah, dan doa yang seharusnya menjadi milikmu.

Aku ingin engkau menyerahkan semuanya kepadaku, dan aku akan memberikan kepadamu apa pun yang kau inginkan sebagai gantinya.”

Nabi Yakub AS terkejut mendengar permintaan Ishaq.

Beliau berkata: “Hai saudaraku, apakah engkau tidak takut kepada Allah SWT? Apakah engkau tidak malu kepada ayah kita? Apakah engkau tidak sayang kepada dirimu sendiri? Bagaimana engkau bisa meminta sesuatu yang tidak pantas dan tidak adil dariku? Bukankah hak waris, berkah, dan doa itu adalah pemberian Allah SWT yang tidak bisa ditukar atau dijual dengan sesuatu yang lain? Bukankah ayah kita adalah nabi dan rasul Allah SWT yang harus kita hormati dan taati? Bukankah kita adalah saudara seayah dan seibu yang harus saling menyayangi dan membantu?”

Ishaq tidak peduli dengan perkataan Nabi Yakub AS. Ia hanya mengikuti hawa nafsunya yang ingin mendapatkan warisan, berkah, dan doa dari ayahnya.

Ia berkata: “Hai saudaraku, aku tidak peduli dengan apa yang engkau katakan. Aku hanya ingin mendapatkan apa yang aku inginkan.

Aku tidak takut kepada Allah SWT, karena aku tidak percaya kepada-Nya. Aku tidak malu kepada ayah kita, karena aku tidak menghormatinya.

Aku tidak sayang kepada diriku sendiri, karena aku tidak menghargai hidupku.

Jadi, jika engkau tidak mau memberikan kepadaku hak waris, berkah, dan doa yang seharusnya menjadi milikmu, maka aku akan membunuhmu di sini dan sekarang.

Aku akan mengambil kambing yang engkau cari, dan aku akan membawanya kepada ayah kita. Aku akan berpura-pura menjadi engkau, dan aku akan mendapatkan warisan, berkah, dan doa yang kau tolak dariku.”

Nabi Yakub AS sangat sedih dan kecewa dengan sikap Ishaq. Beliau tidak ingin berkonflik atau berbunuh dengan saudaranya.

Beliau juga tidak ingin menyakiti hati ayahnya, yang sangat mencintainya. Beliau pun berpikir untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

Beliau berkata: “Hai saudaraku, aku tidak ingin berkelahi atau berbunuh denganmu. Aku juga tidak ingin menyia-nyiakan karunia Allah SWT yang telah diberikan kepada kita.

Aku juga tidak ingin mengecewakan ayah kita, yang sangat mengharapkan kita.

Maka, aku akan memberikan kepadamu hak waris, berkah, dan doa yang seharusnya menjadi milikku, dengan syarat engkau harus memberikan kepadaku sesuatu yang setara dengan nilainya.

Aku ingin engkau memberikan kepadaku sepiring sup kacang merah yang kau bawa bersamamu. Apakah engkau bersedia?”

Ishaq tertawa mendengar permintaan Nabi Yakub AS. Ia merasa bahwa Nabi Yakub AS sangat bodoh dan mudah ditipu.

Ia berkata: “Hai saudaraku, apakah engkau serius dengan permintaanmu? Apakah engkau mau menukar hak waris, berkah, dan doa yang sangat berharga dengan sepiring sup kacang merah yang tidak ada artinya? Apakah engkau tidak sadar bahwa engkau sedang merugikan dirimu sendiri? Apakah engkau tidak tahu bahwa engkau sedang memberikan kepadaku sesuatu yang tidak bisa kau dapatkan lagi?”

Nabi Yakub AS menjawab: “Hai saudaraku, aku serius dengan permintaanmu. Aku mau menukar hak waris, berkah, dan doa yang sangat berharga dengan sepiring sup kacang merah yang tidak ada artinya.

Aku sadar bahwa aku sedang merugikan diriku sendiri. Aku tahu bahwa aku sedang memberikan kepadamu sesuatu yang tidak bisa aku dapatkan lagi.

Namun, aku lebih memilih untuk berbuat baik kepada saudaraku daripada berbuat jahat. Aku lebih memilih untuk menyelamatkan nyawaku daripada kehilangan nyawaku.

Aku lebih memilih untuk bersabar dan bertawakal kepada Allah SWT daripada mengandalkan diriku sendiri.

Aku yakin bahwa Allah SWT akan memberikan kepadaku sesuatu yang lebih baik dan lebih besar dari apa yang aku berikan kepadamu.

Aku yakin bahwa Allah SWT akan memberikan kepadaku keadilan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jadi, apakah engkau bersedia?”

Ishaq mengangguk dan menyetujui permintaan Nabi Yakub AS. Ia merasa bahwa ia telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari pertukaran ini.

Ia berkata: “Hai saudaraku, aku bersedia dengan permintaanmu.

Aku akan memberikan kepadamu sepiring sup kacang merah yang kubawa bersamaku, dan engkau akan memberikan kepadaku hak waris, berkah, dan doa yang seharusnya menjadi milikmu.

Aku merasa bahwa aku telah mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dari pertukaran ini. Aku merasa bahwa aku telah menang dan engkau telah kalah.

Aku merasa bahwa aku telah pintar dan engkau telah bodoh. Aku merasa bahwa aku telah beruntung dan engkau telah sial. Jadi, mari kita lakukan pertukaran ini sekarang juga.”

Nabi Yakub AS dan Ishaq pun melakukan pertukaran tersebut.

Nabi Yakub AS memberikan hak waris, berkah, dan doa yang seharusnya menjadi miliknya kepada Ishaq, dan Ishaq memberikan sepiring sup kacang merah yang dibawanya kepada Nabi Yakub AS.

Nabi Yakub AS pun menyantap sup kacang merah tersebut dengan lahap, karena ia merasa sangat lapar dan haus.

Sedangkan Ishaq pun bergegas membawa kambing yang telah ditemukannya kepada ayahnya, Nabi Ishaq AS, dengan maksud untuk mendapatkan warisan, berkah, dan doa yang telah diberikan oleh Nabi Yakub AS kepadanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *