Rodliyah – Khadijah binti Khuwailid merupakan salah satu wanita luar biasa, mulia dan agung. Beliau adalah istri Nabi Muhammad sekaligus perempuan cerdas, dermawan, yang hidup dikalangan bangsa quraisy.
Kehidupannya tidak mudah, dirinya mendapatkan kemuliaan sebagai istri nabi bahkan posisinya dalam hati Nabi Muhammad tidak tergantikan. Seperti kita ketahui Nabi Muhammad memiliki 13 istri, namun Khadijah memiliki tempat yang istimewa.
Ibunda dari para muslimah ini mempunyai kepribadian luar biasa, tidak heran jika dirinya telah mendapat jaminan masuk surga oleh Allah. Banyak muslimah yang menjadikannya sebagai panutan.
Dalam buku karya Sibel Eraslan yang mengisahkan kehidupan istri pertama nabi ini, berjudul Khadijah; Ketika Rahasia Mim Tersingkap. Sebuah buku berbentuk novel mengajak para pembaca tenggelam dalam kisah hidupnya.
Mengenal Khadijah binti Khuwailid
Luar biasa, kisah perjalanan hidup Khadijah tersusun dengan rapi dan mudah dipahami oleh pembaca melalui buku tersebut. Mulai dari kehidupannya, hingga akhir hayat yang membuat nabi Muhammad merasakan kesedihan yang mendalam. Ada banyak pelajaran dapat kita ambil dalam kisah hidupnya tersebut.
1. Kehilangan Ayah dan Suaminya
Khadijah merupakan putri dari Khuwailid, merupakan seorang ternama, memiliki sikap bijaksana dan mulia diantara kalangannya. Berasal dari keluarga yang baik dan tersohor telah membentuk kepribadian dengan baik. Sebab dirinya juga saudara-saudaranya telah tumbuh dengan menyaksikan ayahandanya yang selalu membela kebenaran dan kaum teraniaya.
Meski dirinya merupakan seorang perempuan tapi tidak menutup kenyataan bahwa ia merupakan seorang pengusaha andal. Pandai dalam mengatur bisnisnya sendiri, bahkan memiliki kekayaan yang banyak.
Sejak kecil ia sering diusap kepalanya oleh para pendeta untuk diberi berkat dan didoakan. Selama menjadi pengusaha ia mampu menjual barang dagangannya dengan mudah.
Selama masa hidupnya ia telah melalui berbagai hal termasuk menyaksikan pasukan gajah yang menyerang mekah. Pada usia belasan tahun dirinya sudah menikah dengan seorang saudagar bernama Abu Halah bin Zurarah.
Kepedihannya terasa ketika ayahandanya meninggal dunia. Tak lama sang suami sakit setelah kembali dari Syam. Suaminya meninggal dunia dengan memberikan wasiat agar kedua anak mereka yakni Hindun dan Hala tidak dititipkan pada siapapun. Serta usahanya tetap diteruskan oleh Khadijah.
Kehilangan dua orang paling berarti dalam hidupnya tentu menjadi pukulan keras dan telak dalam hidupnya. Meski begitu, ia tetap bersyukur dengan hidup yang ia jalani terutama karena adanya Hindun dan Hala.
Kehidupannya sebagai ibu muda tidaklah mudah, terutama di tengah-tengah kaum quraisy yang saat itu benar-benar tenggelam dalam kemaksiatan.
2. Harapan Baru dalam Hidup
Setelah menjalani hari-hari dengan sulit, beberapa tahun kemudian terbersit keinginan dalam hatinya untuk kembali menikah. Mendekati hari-hari yang mencapai usia 40 tahunan, Siti Khadijah lebih banyak merenung di balkon lantai dua dan para pelayan juga menyadari hal tersebut.
Khadijah selama beberapa hari berturut-turut mendapatkan mimpi yang sama. Sebuah mimpi yang akan menjadi petunjuk bagi dirinya dan menjadikannya sebagai wanita mulia karena menemukan tambatan hatinya.
Hingga pada suatu masa Asma saudara dari Khadijah menceritakan tentang kebaikan yang dilakukan oleh Muhammad. Sampai keduanya bisa bertemu satu sama lain dan membahas tentang perdagangan.
Sampai perjalanan dagang pun dimulai dengan puisi-puisi serta musik pengantar bagi mereka. Diantara para rombongan pedagangan ini, Khadijah mencari sosok laki-laki berasal dari kerabat dekat ayahnya.
Ia menyapu dan menemukan sosok tersebut benar-benar bersinar dan pada masa itu juga hatinya mulai berdebar-debar. Jiwanya juga menjadi tenteram setelah menyaksikan percikan cahaya tersebut.
3. Pernikahan dengan Nabi Muhammad
Mimpi yang menjadi petunjuk telah tersingkap tabirnya, akhirnya ia menemukan titik terang dari mimpi tersebut. Maisaroh yang merupakan pelayan setia Khadijah pada hari bahagia mempersilahkan para tamu dan menyambut dengan baik.
Berita atau kabar bahagia pernikahan antara Khadijah dengan Muhammad menjadi kabar menggembirakan. Kehidupan keduanya benar-benar bahagia, anak-anak dari Khadijah juga seolah dirawat oleh tukang kebun yang mahir, karena tumbuh cantik dan indah layaknya bunga yang tumbuh di taman.
Hingga kabar gembira kembali menghampiri keduanya, Khadijah berbadan dua dan setelah sembilan bulan lamanya lahirlah Qasim. Namun, Qasim kecil meninggal dunia hal tersebut memberikan hujan kesedihan dalam rumah hangat Khadijah.
Namun setelah masa kesedihan berlalu, Khadijah menemani masa-masa Rasulullah naik ke atas bukit untuk mendapatkan wahyu. Dan setelah itu akhirnya kabar gembira kembali hadir dengan lahirnya Fatimah.
4. Kehangatan Khadijah
Peran Khadijah dalam hidup Rasulullah amat luar biasa, sikap keibuannya selalu menghangatkan tubuh dan hati nabi Muhammad. Termasuk ketika nabi Muhammad kembali kerumah dalam keadaan bermandikan peluh keringat dan gemetar karena dapat kabar dari Jibril.
Kehidupannya, hartanya, jiwa dan raganya ia berikan untuk mengabdi dan memberikan kemudahan pada Rasulullah untuk berdakwah dijalan Allah. Sungguh betapa mulia Khadijah binti Khuwailid.