Biografi Abdul Karim Amrullah, ulama reformis terkemuka di Indonesia. Pelajari perjalanan hidupnya, pendidikan, peran dalam dakwah, dan kontribusinya dalam mendirikan sekolah Islam modern. Baca artikel ini untuk memahami pengaruhnya yang mendalam dalam menghadapi tantangan sosial dan politik pada zamannya.
Abdul Karim Amrullah, yang akrab disapa Haji Rasul, bukan hanya seorang ulama terkemuka di Indonesia, tetapi juga seorang reformis Islam yang memberikan kontribusi besar pada perkembangan Islam di tanah air. Artikel ini akan mengupas kisah inspiratif Abdul Karim Amrullah, dari kehidupan awalnya hingga peran signifikan dalam berdakwah dan mendirikan sekolah Islam modern.
Kehidupan Awal dan Pendidikan
Abdul Karim Amrullah lahir di Nagari Sungai Batang, Maninjau, pada 10 Februari 1879. Meskipun tidak mendapatkan pendidikan formal, keingintahuannya terhadap ilmu agama membawanya belajar dari berbagai guru di Mekkah. Ia menghabiskan tujuh tahun di Mekkah, belajar dari ulama terkemuka seperti Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi dan Syekh Taher Jalaluddin.
Berdakwah dan Penentang Tradisi
Setelah kembali ke Indonesia, Abdul Karim Amrullah memulai usaha besar dalam menentang faham taqlid, bid’ah, dan kurafat yang bercampur-baur dengan ajaran agama. Dengan aktif memberikan pengajian, tabligh, dan diskusi, ia merambah dari kampung halamannya di Sungai Batang hingga ke berbagai pelosok Minangkabau.
Pemimpin Pengajian Surau Jembatan Besi
Sejak tahun 1911, Haji Rasul menetap di Padang Panjang dan memimpin pengajian surau Jembatan Besi. Pengajian ini tidak hanya berkembang pesat di daerah tersebut tetapi juga menarik minat dari berbagai daerah di seluruh Minangkabau dan bahkan luar daerah.
Peran dalam Jurnalistik
Pada tahun 1911-1915, bersama Abdullah Ahmad, Abdul Karim Amrullah mendirikan majalah Al-Munir di Padang. Majalah ini tidak hanya bertujuan sebagai sumber pengetahuan tetapi juga menjadi suara Kaum Muda, mendukung berbagai pembaharuan untuk perbaikan umat Islam.
Muhammadiyah dan Pembaharuan Islam
Abdul Karim Amrullah aktif dalam gerakan pembaharuan Islam dan mendirikan Muhammadiyah di Sungai Batang pada tahun 1925. Ia melihat Muhammadiyah sebagai wadah untuk mengembangkan ideologi yang sesuai dengan ajaran al-Qur`an dan Hadis, serta melibatkan diri dalam pendidikan dan amal sosial.
Kontribusi dan Peninggalan
Meskipun menghadapi ancaman dan beberapa kali dipenjara, Haji Rasul tidak pernah mundur dari perjuangannya. Ia meninggal pada 2 Juni 1945, meninggalkan warisan besar bagi perkembangan Islam di Indonesia.
Pemikiran Akhir
Artikel ini hanya menggaris besar perjalanan hidup Abdul Karim Amrullah. Kehidupan dan kontribusinya yang kompleks memerlukan penelitian lebih lanjut. Namun, dengan membaca artikel ini, kita dapat lebih memahami peran pentingnya sebagai ulama reformis yang menginspirasi banyak orang.
Dengan mengenang Haji Rasul, kita dapat memetik inspirasi dari semangatnya dalam menghadapi tantangan dan berkontribusi pada pembaharuan Islam di Indonesia. Semoga cerita ini memberikan wawasan yang berharga dan memotivasi kita untuk terus berusaha dalam mengembangkan kebaikan bagi umat dan masyarakat.