Nabi Yunus AS adalah salah satu nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kaum Ninawa, sebuah kota besar di Mesopotamia.
Namun, kaum Ninawa tidak mau mendengarkan seruan Nabi Yunus dan tetap menyembah berhala-berhala.
Nabi Yunus AS pun marah dan meninggalkan mereka tanpa izin Allah SWT. Ia menaiki sebuah kapal yang kemudian mengalami badai hebat.
Nabi Yunus AS terpilih sebagai korban untuk dilemparkan ke laut agar kapal bisa selamat.
Di tengah laut, Nabi Yunus ditelan oleh seekor ikan besar yang diutus oleh Allah SWT. Di dalam perut ikan, Nabi Yunus bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah SWT.
Allah SWT pun mengampuni dan menyelamatkan Nabi Yunus dari ikan tersebut.
Sementara itu, kaum Ninawa juga bertaubat setelah melihat tanda-tanda azab yang akan menimpa mereka. Allah SWT pun mengampuni dan memberkahi mereka.
Dalam artikel ini, kami akan membahas kisah keteladanan Nabi Yunus secara lebih detail, berdasarkan sumber-sumber yang terpercaya, baik dari Al-Qur’an, hadits, maupun sejarah.
Kami juga akan mengulas pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Yunus, serta menjawab beberapa pertanyaan yang sering diajukan seputar kisah ini.
Siapa Nabi Yunus AS?
Nabi Yunus AS adalah seorang nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk mengajak kaum Ninawa, sebuah kota besar di Mesopotamia (sekarang Irak), untuk beriman kepada Allah SWT dan meninggalkan penyembahan berhala.
Nama lengkap Nabi Yunus AS adalah Yunus bin Matta. Nama Yunus berarti merpati, sedangkan nama Matta berarti pemberian.
Nabi Yunus AS juga dikenal dengan sebutan Dzun Nun, yang berarti pemilik ikan, karena ia pernah ditelan oleh seekor ikan besar.
Nabi Yunus termasuk dalam golongan ulul azmi, yaitu para nabi yang memiliki keteguhan dan kesabaran yang tinggi dalam menyampaikan dakwahnya.
Nabi Yunus AS juga termasuk dalam golongan ashabul kahfi, yaitu orang-orang yang tidur dalam waktu yang lama dan kemudian dibangkitkan oleh Allah SWT.
Nabi Yunus tidur dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam, sebelum akhirnya dikeluarkan oleh ikan tersebut di sebuah tempat yang banyak pohonnya.
Nabi Yunus AS disebutkan sebanyak empat kali dalam Al-Qur’an, yaitu dalam surah Al-Anbiya ayat 87, surah Ash-Shaffat ayat 139-148, surah Al-Qalam ayat 48-50, dan surah Yunus ayat 98.
Nabi Yunus juga disebutkan dalam beberapa hadits yang shahih, antara lain dalam Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan An-Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah.
Bagaimana Kisah Nabi Yunus AS Ditelan Ikan Besar?
Kisah Nabi Yunus AS ditelan ikan besar adalah salah satu kisah yang paling terkenal dan mengagumkan dalam sejarah para nabi dan rasul.
Kisah ini menunjukkan kekuasaan, keadilan, dan rahmat Allah SWT kepada hamba-Nya yang bertaubat.
Berikut adalah kronologi kisah Nabi Yunus ditelan ikan besar, berdasarkan sumber-sumber yang terpercaya:
Nabi Yunus AS diutus oleh Allah SWT untuk mengajak kaum Ninawa, sebuah kota besar di Mesopotamia, untuk beriman kepada Allah SWT dan meninggalkan penyembahan berhala.
Kaum Ninawa adalah kaum yang sombong, angkuh, dan durhaka.
Mereka tidak mau mendengarkan seruan Nabi Yunus dan tetap menyembah berhala-berhala.
Mereka juga mengolok-olok, menghina, dan mengancam Nabi Yunus.
Nabi Yunus AS pun marah dan meninggalkan mereka tanpa izin Allah SWT.
Ia mengira bahwa Allah SWT akan mengazab mereka segera.
Ia pergi ke tepi laut dan menaiki sebuah kapal yang akan berlayar ke tempat lain.
Ia tidak tahu bahwa Allah SWT telah mengampuni kaum Ninawa setelah mereka bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Ketika kapal berlayar di tengah laut, tiba-tiba terjadi badai hebat yang mengguncang kapal.
Para penumpang kapal merasa ketakutan dan berdoa kepada Allah SWT.
Mereka juga membuang barang-barang berat yang ada di kapal agar kapal tidak tenggelam.
Namun, hal itu tidak cukup untuk menenangkan badai.
Mereka pun bermusyawarah untuk mengorbankan salah satu penumpang dengan cara mengundi.
Mereka percaya bahwa ada salah satu penumpang yang telah berbuat dosa sehingga menimbulkan murka Allah SWT.
Mereka pun mengundi dan ternyata undian itu jatuh kepada Nabi Yunus.
Namun, mereka tidak mau melemparkan Nabi Yunus ke laut karena mereka menghormati dan menyayangi Nabi Yunus.
Mereka pun mengulangi undian, tetapi hasilnya tetap sama.
Mereka mengulangi undian hingga tiga kali, tetapi undian itu selalu jatuh kepada Nabi Yunus.
Mereka pun yakin bahwa Nabi Yunus adalah orang yang harus dilemparkan ke laut agar badai reda.
Nabi Yunus AS pun mengetahui bahwa ia adalah orang yang harus dikorbankan.
Ia merasa bersalah karena telah meninggalkan kaum Ninawa tanpa izin Allah SWT.
Ia pun bersedia untuk dilemparkan ke laut sebagai bentuk taubatnya.
Ia pun berdoa kepada Allah SWT dengan mengucapkan: لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Artinya:”Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Anbiya: 87)
Allah SWT pun mendengar doa Nabi Yunus dan menyiapkan seekor ikan besar untuk menelan Nabi Yunus.
Ikan tersebut tidak mencabik-cabik tubuh Nabi Yunus, tetapi hanya menelannya utuh-utuh.
Nabi Yunus pun masuk ke dalam perut ikan tersebut. Di dalam perut ikan, Nabi Yunus merasakan kegelapan, kesempitan, dan kepanasan.
Ia tidak tahu apakah ia masih hidup atau sudah mati.
Ia tidak tahu di mana ia berada dan kapan ia akan keluar. Ia hanya tahu bahwa ia berada di dalam kekuasaan Allah SWT.
Nabi Yunus pun terus berdoa dan bertasbih kepada Allah SWT. Ia memuji dan mengagungkan Allah SWT.
Ia memohon ampunan dan rahmat Allah SWT.
Ia menyesali perbuatannya yang telah meninggalkan kaum Ninawa tanpa izin Allah SWT.
Ia bertekad untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi.
Ia berharap agar Allah SWT mengeluarkannya dari perut ikan tersebut dan memberinya kesempatan untuk berdakwah lagi.
Allah SWT pun mengabulkan doa Nabi Yunus dan menyelamatkan Nabi Yunus dari perut ikan tersebut.
Allah SWT memerintahkan ikan tersebut untuk mengeluarkan Nabi Yunus di sebuah tempat yang banyak pohonnya.
Nabi Yunus AS pun keluar dari perut ikan tersebut dalam keadaan lemah dan sakit. Kulitnya terbakar oleh asam lambung ikan.
Ia tidak bisa berdiri dan berjalan. Ia hanya bisa merangkak dan berlindung di bawah pohon.
Allah SWT pun menumbuhkan sebatang labu di atas kepala Nabi Yunus untuk melindunginya dari panas matahari.
Allah SWT juga mengirimkan seekor binatang untuk menjaga Nabi Yunus dari gangguan binatang lain.
Mereka meninggalkan berhala-berhala mereka dan berkumpul di lapangan terbuka.
Mereka memakai pakaian kasar, berpuasa, dan berdoa.
Mereka juga mengeluarkan hewan-hewan ternak mereka dan memohon agar Allah SWT mengampuni mereka.
Allah SWT pun melihat taubat kaum Ninawa dan menerima taubat mereka.
Allah SWT juga memberkahi mereka dengan hujan, tanaman, dan kebahagiaan.
Kaum Ninawa pun bersyukur dan berterima kasih kepada Allah SWT. Mereka juga menantikan kedatangan Nabi Yunus kembali ke kota mereka.
Apa Pelajaran dan Hikmah dari Kisah Nabi Yunus AS?
Kisah Nabi Yunus adalah salah satu kisah yang penuh pelajaran dan hikmah bagi kita semua.
Kisah ini mengajarkan kita tentang:
1. Pentingnya bersabar, istiqamah, dan tidak putus asa dalam berdakwah.
Nabi Yunus AS menghadapi tantangan dan cobaan yang berat dalam menyampaikan risalah Allah SWT kepada kaum Ninawa.
Namun, ia tidak menyerah dan tetap berusaha untuk mengajak mereka ke jalan yang benar. Ia juga tidak mengambil keputusan yang tergesa-gesa dan tidak sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Ia juga selalu berdoa dan berserah diri kepada Allah SWT.
2. Pentingnya bertaubat, memohon ampunan, dan mengharap rahmat Allah SWT.
Nabi Yunus AS menyadari kesalahannya yang telah meninggalkan kaum Ninawa tanpa izin Allah SWT.
Ia pun bertaubat dengan sungguh-sungguh dan memohon ampunan kepada Allah SWT.
Ia juga mengharap rahmat dan pertolongan Allah SWT. Allah SWT pun mengampuni dan menyelamatkan Nabi Yunus dari perut ikan besar.
Allah SWT juga memberinya kesempatan untuk kembali ke kaum Ninawa dan melanjutkan dakwahnya.
3. Pentingnya bersyukur, berterima kasih, dan mengagungkan Allah SWT.
Nabi Yunus AS bersyukur dan berterima kasih kepada Allah SWT atas nikmat dan rahmat yang diberikan-Nya.
Ia juga mengagungkan dan memuji Allah SWT atas kekuasaan dan kebesaran-Nya. Ia juga bersyukur dan berterima kasih kepada kaum Ninawa atas perubahan dan penyesalan mereka.
Ia juga mengagungkan dan memuji Allah SWT atas kebijaksanaan dan keadilan-Nya.