Nabi Ayyub As adalah salah satu nabi yang dikenal dengan kesabaran dan ketakwaannya.
Ia menghadapi berbagai cobaan yang datang secara bertubi-tubi, mulai dari kehilangan harta, keluarga, hingga kesehatan.
Namun, ia tetap bersyukur dan berdoa kepada Allah SWT.
Kisah Nabi Ayyub As ini bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk menghadapi ujian hidup dengan sabar dan ikhlas.
Siapa Nabi Ayyub As?
Nabi Ayyub As adalah putra Nabi Ishaq As, yang merupakan anak kandung Nabi Ibrahim As. Maka, Nabi Ayyub adalah cucu langsung dari Nabi Ibrahim As.
Nabi Ayyub memiliki nama lain, yaitu Ayyub bin Amos bin Ishaq bin Ibrahim. Ia juga memiliki gelar Abu Bisyir, yang berarti bapak dari semua orang yang sabar.
Nabi Ayyub hidup pada zaman Nabi Sulaiman As, sekitar 1500 tahun sebelum Nabi Muhammad SAW.
Ia tinggal di sebuah kota bernama Sadum, yang terletak di antara Suriah dan Palestina. Ia memiliki istri yang setia dan cantik, bernama Rahmah binti Afsyah.
Ia juga memiliki banyak anak, cucu, saudara, dan kerabat.
Nabi Ayyub As adalah seorang nabi yang sangat kaya raya. Harta bendanya melimpah ruah, termasuk ladang, kebun, ternak, dan hamba sahaya.
Ia juga dikenal sebagai seorang yang dermawan, suka bersedekah, dan membantu orang-orang miskin, yatim, dan fakir.
Ia sangat dicintai dan dihormati oleh masyarakat sekitarnya.
Apa Cobaan yang Dialami Nabi Ayyub As?
Meskipun Nabi Ayyub As memiliki segala nikmat dan kesenangan dunia, ia tidak lupa untuk bersyukur dan beribadah kepada Allah SWT.
Ia selalu menjaga shalat, puasa, dan dzikir. Ia juga tidak sombong, angkuh, atau lalai. Ia selalu rendah hati, tawadhu, dan zuhud.
Namun, Allah SWT menguji Nabi Ayyub dengan berbagai cobaan yang sangat berat.
Cobaan itu datang secara berturut-turut, tanpa ada jeda atau henti. Berikut adalah beberapa cobaan yang dialami Nabi Ayyub:
Kehilangan Harta Benda
Cobaan pertama yang menimpa Nabi Ayyub As adalah kehilangan semua harta bendanya.
Allah SWT mengutus beberapa malaikat untuk mengambil dan menghancurkan semua milik Nabi Ayyub.
Ladang dan kebunnya terbakar, ternak dan hamba sahayanya mati, dan rumahnya roboh.
Nabi Ayyub As menerima kabar buruk ini dengan sabar dan ikhlas. Ia tidak mengeluh, menyesal, atau marah.
Ia hanya berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali).
Ia juga bersyukur bahwa Allah SWT masih memberinya istri, anak, dan kesehatan.
Kehilangan Keluarga
Cobaan kedua yang menimpa Nabi Ayyub As adalah kehilangan semua keluarganya.
Allah SWT mengutus angin topan yang menghempas rumah Nabi Ayyub, yang saat itu sedang diisi oleh anak, cucu, saudara, dan kerabatnya.
Mereka semua tewas seketika, tanpa ada yang selamat.
Nabi Ayyub menerima kabar buruk ini dengan sabar dan ikhlas. Ia tidak mengeluh, menyesal, atau marah.
Ia hanya berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali).
Ia juga bersyukur bahwa Allah SWT masih memberinya istri dan kesehatan.
Kehilangan Kesehatan
Cobaan ketiga yang menimpa Nabi Ayyub As adalah kehilangan kesehatannya. Allah SWT mengizinkan setan untuk menimbulkan penyakit pada tubuh Nabi Ayyub.
Penyakit itu sangat parah, menyebabkan kulitnya mengelupas, berdarah, dan bernanah.
Ia juga merasakan sakit yang luar biasa, sehingga ia tidak bisa bergerak, makan, atau minum.
Nabi Ayyub menerima kabar buruk ini dengan sabar dan ikhlas. Ia tidak mengeluh, menyesal, atau marah.
Ia hanya berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali).
Ia juga bersyukur bahwa Allah SWT masih memberinya istri, yang selalu menjaganya dengan setia.
Bagaimana Nabi Ayyub As Menghadapi Cobaan?
Nabi Ayyub As menghadapi cobaan yang datang secara bertubi-tubi dengan sabar dan ikhlas. Ia tidak pernah mengeluh, menyesal, atau marah.
Ia selalu bersyukur, berdoa, dan berharap kepada Allah SWT. Ia yakin bahwa Allah SWT tidak akan memberikan ujian yang melebihi kemampuannya.
Ia juga yakin bahwa Allah SWT akan memberikan balasan yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
Nabi Ayyub juga tidak pernah putus asa, pesimis, atau berputus dari Allah SWT. Ia selalu berusaha untuk tetap beribadah, meskipun dalam keadaan sakit dan menderita.
Ia juga tidak pernah mendengarkan bisikan setan, yang ingin membuatnya kufur dan mengingkari nikmat Allah SWT.
Nabi Ayyub As juga tidak pernah meminta tolong kepada selain Allah SWT. Ia tidak bergantung kepada manusia, harta, atau dunia.
Ia hanya bergantung kepada Allah SWT, yang Maha Kuasa, Maha Penyayang, dan Maha Pengasih. Ia juga tidak pernah mengharapkan pujian, simpati, atau belas kasihan dari manusia.
Ia hanya mengharapkan ridha, rahmat, dan ampunan dari Allah SWT.
Apa Mukjizat dan Keajaiban yang Diberikan Allah SWT kepada Nabi Ayyub As?
Allah SWT tidak membiarkan Nabi Ayyub As dalam kesengsaraan terus-menerus.
Allah SWT memberikan mukjizat dan keajaiban kepada Nabi Ayyub, sebagai bukti kasih sayang dan rahmat-Nya.
Berikut adalah beberapa mukjizat dan keajaiban yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Ayyub As:
Kesembuhan dari Penyakit
Allah SWT memberikan kesembuhan kepada Nabi Ayyub dari penyakit yang dideritanya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Shad ayat 41-42:
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ
ارْكُضْ بِرِجْلِكَ ۖ هَٰذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ
Artinya:
“Dan ingatlah akan hamba Kami, Ayyub, ketika ia berdoa kepada Tuhannya: “Sesungguhnya syaitan telah menyentuhku dengan penyakit dan siksaan.”
(Dia berkata): “Pukullah tanah dengan kakimu; inilah air untuk mandi yang sejuk dan untuk minum.”
Allah SWT menyuruh Nabi Ayyub untuk memukul tanah dengan kakinya, lalu keluarlah air dari tanah itu.
Nabi Ayyub mandi dan minum dengan air itu, lalu sembuhlah ia dari penyakitnya. Kulitnya kembali bersih, sehat, dan tampan.
Kesimpulan
Dari kisah teladan Nabi Ayyub AS diatas kiita bisa mengambil pelajaran bahwa bersabar atas semua cobaan yang diberikan oleh allah adalah sangat penting.
Kita harus tahu bahwa semua yang hal buruk yang kita alami semata-mata karna tuhan hanya ingin meningkatkan derajat dan kualitas keimanan seorang hambanya.